STRATEGI PEMBELAJARAN KARAKTER ( AKHLAQ )
Makalah
Dibuat Sebagai Tugas dan Bahan Presentase Kelas pada Mata kuliah
METODE PEMBELAJARAN INOVATIF
DOSEN
PEGAMPU
Dr. ZUBAEDI, M.Ag. M.Pd
NAMA
PENYUSUN:
AHMAD
MUNHAMER, S.Pd.I
PROGRAM
PASCA SARJANA
PRODI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
TAHUN
AKADEMIK 2013-2014
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Strategi. [1]
Proses pembelajaran pada hakikatnya proses
intraksi antara peserta didik dengan pendidik, yang dilakukan secara sadar dan
terencana, dalam rangka mengembangkan potensi peserta didik yang dimilikinya ke
arah yang lebih optimal.
Secara umum istilah strategi sering dimaknai
sebagi garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha yang telah ditentukan (
Saiful Bahri ). Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam meliter yang
dimaknai sebagai cara penggunaan seluruh kegiatan meliter untuk memenangkan
suatu pertempuran (W.Sanjaya ) dari
dua pengertian tersebut, maka dapat di fahami bahwa strategi dapat
digunakan untuk memproleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai
tujuan.
Dalam perkembangan selanjutnya istilah strategi
digunakan dalam istilah dunia pendidikan, terutama dalam pelaksanaan
pembelajaran. Menurut Djamarah, istilah strategi bila dikaitkan dengan
pendidikan, berarti pola – pola umum
kegiatan guru yang bertindak sebagai pendidik dan peserta didik dalam
mewujudkan proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
atau di gariskan
J.R David mengatakan,
dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai perencanaa yang berisi
tentang rangkaian kegiatan yang di desain
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari perkataan yang katakana
oleh David ada dua hal yang perlu
di cermati :
1) Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan ) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan sumber
daya dalam proses pembelajaran. Hal ini mengandung pengertian bahwa strategi
baru sebatas pada proses penyususnan rencana (Planning) belum sampai
pada tindakan.
2) Strategi disusun untuk mencapai kegiatan tertentu, artinya arah dari semua
keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan.[2]
Sementara itu
menurut kemp, mengemukakan bahwa
strategi adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus di kerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
tersebut tercapai secara efektif dan
efesien. Sedangkan menurut Wina Sanjaya, mengatakan bahwa strategi adalah mengandung makna perencanaan. Artinya bahwa strategi pada dasarnya masih
bersifat konseptual tentang keputusan yang akan diambil dalam suatu
pembelajaran. Strategi sifatnya masih konseptual dan untuk
mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain
Strategi adalah “ a pland of operation acheieving something ” Sedangkan
Metode adalah “a way in achieving something “, Metode diartikan sebagai cara karja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan kegiatan guna mencapai suatu yang telah direncanakan.
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam impementasi strategi
pendidikan. Prinsip-prinsip tersebut menjadi penting diperhatikan agar proses
pembelajaran lebih tepat pada sasarannya. Prinsip-prinsip adalah :
1) Prinsip yang berorientasi pada
tujuan pendidikan yang telah direncanaakan
2) Prinsip yang berorientasi pada
Individualitas dalam membangkitkan dan mengembangkan setiap individu peserta
didik.
3) Prinsip intraktif antara
hubungan peserta didik dan pendidik.
4) Proses inspiratif agar siswa
mencoba dan melakukan sesuatu.
5) Prinsip motivasi perserta didik
6) Prinsip menyenangkan (enjoy
) dan tidak menakutkan para peserta didik
7) Prinsip menantang siswa untuk mengembangkan kemampuan rasa dan rasio secara seimbang.
C. Pengertian Strategi pembelajaran
Strategi Pembelajaran karakter pada dasarnya adalah merupakan cara, pola,
metode, atau upaya yang dilakukan oleh pendidik (fasilitator) dengan
cara memberi kemudahan-kemudahan agar peserta didik mudah
belajar, dan dalam konteks pendidikan karakter, pemberian kemudahan tersebut dalam
kerangka untuk mengembangkan karakter baik, atau agar peserta didik dapat mengembangkan karakter
baiknya sendiri.
Pilihan strategi pada pembelajaran karakter,
sangat tergantung pada pendekatan pendidikan karakter yang mana yang
dikembangkan. Ketika sebuah lembaga pendidikan cenderung memilih pendekatan
kognitivistik maka strategi pembelajarannya cenderung kognitivistik, ketika pendekatan behavioristik yang dipilih
maka strateginya cenderung berorientasi pada behavioristik, dan ketika memilih
pendekatan komprehenship maka cenderung menggunakan komprehenship pula, dimana
berbagai pendekatan dapat dipakai secara saling melengkapi.
D. Strategi Pembelajaran Karakter
Pembelajaran karakter di Era globalisasi ini memerlukan sebuah terobosan
dalam mengenovasi startegi dan metode pembelajaran yang akan dipakai mengingat
munculnya berbagai fenomena baru yang sebelumnya tidak ada. Makanya pemanfaatan teknologi informasi
seperti internet, kecendrungan keluarga
yang demokratif, membanjirnya budaya asing, dan lainnya, perlu menjadi bahan pertimbangan
bagi para pendidik karakter ketika akan
menanamkan nilai-nilai karakter perhadap
peserta didik.
Proses pendidikan karakter pada peserta didik pada saat ini lebih tepat
menggunakan model pembelajaran yang didasarkan pada intraksi sosial. model
pembelajaran intraksional ini dilaksanakan dengan berlandaskan prinsip-prinsip :
1. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam belajar
2. Mengaitkan teori dengan praktek
3. Mengembangkan komunikasi dan kerjasama dalam belajar
4. Meningkatkan kemampuan dan keberanian perserta didik dalam mengambil resiko
dan belajar dari kesalahan
5. Meningkatkan pembelajaran sambil berbuat dan bermain
Pembelajaran karakter secara komprehensif
seperti yang diungkapkan oleh Kirscheun baum pada dasarnya dapat
ditinjau dari segi metode yang digunakan Adapun strategi pembelajar karakter
dalah sebagai berikut :
1. Inkulkasi Nilai. [4]
Budi pekerti adalah nilai – nilai hidup manusia yang sungguh - sungguh
dilaksanakan bukan karena sekedar kebiasaan, tetapi berdasarkan pemahaman dan kesadaran
diri untuk menjadi baik, nilai-nilai
yang disadari dan dilaksanakan sebagai budi pekerti hanya dapat diproleh melalui proses yang
berjalan sepanjang hidup manusia. Budi Pekerti didapat melalui proses
internalisasi dari apa yang ia ketahui, yang membutuhkan waktu sehingga
terbentuklah karakter yang baik dalam kehidupan manusia.
Mengingat bahwa penanaman karakter dan nilai hidup merupakan proses, maka
hal ini dapat diberikan melalui pendidikan formal yang direncanakan dan
dirancang secara matang. Direncanakan dan dirancang tentang nilai-nilai apa saja yang mau atau
akan di perkenalkan, metode dan kegiatan
apa saja yang dapat digunakan untuk menawarkan dan menanamkan nilai-nilai
tersebut. Nilai-nilai yang akan ditawarkan dan ditanamkan kepada siswa harus
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan perkembangan kejiawaan si anak.
Pada awal proses penanaman nilai, anak diperkenalkan pada tatanan hidup bersama.
Tatanan hidup dalam masyarakat tidak
selalu seiring dengan tatanan yang ada
dalam keluarga. Pada tahap awal, anak diperkenalkan pada penalarannya, tahap
demi tahap semakin tinggi pendidikan
anak maka semakin tinggi dan mendalam unsur pemahaman, argumentasi,
penalarannya. Nilai –nilai hidup yang diperkenalkan dan ditanamkan ini merupakan
realitas yang ada dalam masyarakat kita.
Berikut
beberapa nilai yang kira nya dapat dipilih dan ditawarkan kepada anak melalui
jenjang pendidikan formal, menurut Paul Suparno[5]
adalah sebagai berikut:
1. Religius
a. Mensyukuri hidup dan percaya kepada tuhan
b. Sikap teleransi
c. Mendalami ajaran agama
2. Sosialitas
a. Penghargaan akan tata kehidupan bersama
b. Solidaritas yang benar dan baik
c. Persehabat yang sejati
d. Berorganisasi dengan baik dan benar
e. Membuat acara yang sehat dan berguna
3. Keadilan
a. Penghargaan sejati secara mendasar
b. Menggunakan hak dan kewajiaban secara benar
c. Keadilan berdasarkan hati dan nurani
4. Demokrasi
a. Menghargai dan menerima perbedaan
b. Berani menerima realita kemenangan maupun
kekalahan
5. Kejujuran
a. Menyatakan kebenaran sebagai penghormatan pada sesama
6. Kemandirian
a. Keberanian mengambil keputusan secara jernih dan benar
b. Mengenal kemampuan diri
c. Membangun kepercayaan diri
d. Menerima keunikan diri
7. Tanggungjawab
a. Berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup
b. Mengembangkan keseimbangan antara hak dan kewajiban
c. Mengembangkan hidup bersama secara positif
2. Strategi Pembinaan. [6]
Untuk menjadikan seorang anak didik yang memiliki krakter atau akhlak yang
baik di perlukan pembinaan yang terus menerus dan berkesinambungan . untuk
mewujudkan akhlaq yang luhur pada diri anak didik tidaklah mudah karna
menyangkut kebiasaan hidup. Pembinaan akan berhasil hanya dengan usaha yang
keras dan kesabaran serta dukungan dari orang tua dan masyarakat.
3. Strategi Keteladanan
Dalam pendidikan nilai dan spritualitas, permodelan atau pemberian teladan
merupakan strategi yang biasa di gunakan. Bahkan menurut suwandi,
pendekatan modelling, teladanan (uswah) yang dilakukan oleh guru lebih
tepat digunakan dalam pendidikan karakter di sekolah. Hal ini mengingat
karakter merupakan prilaku, bukan pengetahuan sehingga untuk dapat diinternalisasi oleh
pihak didik, maka harus di teladankan bukan diajarkan.
Dalam pendidikan karakter sangat dibutuhkan sosok menjadi model. Model dapat ditemukan oleh peserta didik di lingkungan
sekitarnya. Semakin dekat model pada
peserta didik maka akan semakin mudahlah dan efektiflah pendidikan karakter
tersebut. Peserta didik butuh contoh nyata, bukan yang tertulis pada buku atau
sifatnya hayalan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Berk yang dikutif
oleh Sit Masgandi, perilaku moral diproleh dengan cara yang sama dengan
respons-respons yang lainnya, yaitu dengan melalui Modeling dan penguatan.
lewat pembelajaran modelling akan terjadi internalisasi berbagi prilaku moral
dan aturan-atruran yang lainnya untuk tindakan yang lebih baik.[7]
Strategi keteladanan dapat dibedakan menjadi keteladan
internal (internal Modelling ) dan keteladanan Eksternal ( Ekternal
Modelling ). Ketelanan internal dapa dilakukan melalui pemberian contoh
yang dilakukan oleh pendidik sendiri dalam proses pembelajaran. Sementara keteladan
ekternal dapat dilakukan dengan pemberian contoh - contoh yang baik dari
para tokoh yang diteladani. Baik tokoh
lokal maupun tokoh internasional, seperti
menyajian cerita- cerita tentang tokoh –tokoh agama yang dapat dijadikan
sebagai teladan dan peniti kehidupan seperti kisah Nabi Muhammad, Nabi Ibrahim,
Nabi Ismail, Ashabul Kahfi, orang –orang
yang soleh seperti Wali Songo, Jendral
besal Suderman, KH. Hasyim As’ary, KH. Ahmad Dahlan dan sebagainya. Nilai moral
relegius berupa ketakwaan, kejujuran, keikhlasan, dan tanggungjawab dapat
ditanamkan kepada peserta didika melalui keteladanan. Keteladan internal yang dilakukan oleh
guru, misalnya dilakukan dengan cara memulai dan
mengakhiri belajar mengajar dengan
berdo’a, pendidik datang tepat waktu, kebersihan kelas dan sebagainya.[8]
4. Strategi Pengembangan Keterampilan akademik dan Sosial.[9]
Ada berbagai keterampilan (Soft Skills) yang
diperlukan agar seseorang dapat mengamalkan nilai-nilai yang dianut sehingga
berprilaku konstrutif dan bermoral dalam masyarakat. Keterampilan-keterampilan
tersebut adalah :
a. Keterampilan Berpikir Kritis
Berpikir kritis dapat dilakukan melalaui latihan
yang dilakukan dengan terus menerus sehingga menjadi kebiasaan, berpikir krisis
dapat mengarah pada pembentukan sifat bijaksana, berpikir kritis memungkin sesorang dapat
menganalisis informasi secara cermat dan membuat keputusan dengan tepat dalam
menghadapi isu -isu yang controversial. Dengan demikian, dapat dihindari
tindakan yang destruktif sebagai akibat dari ulah propokator yang tiada
henti-hentinya mencari korban. Oleh karna itu , sangat diharapkan peran guru dan orang tua untuk
membiasakan anak-anak berpikir kritis dengan memberikan kegiatan - kegiatan
yang mengandung ciri-ciri sebagai berikut dianataranya :
a. Mencari kejelasan antara pertanyaan dan pernyataan
b. Mencari alas an
c. Menggunakan sumber tang dapat di percaya
d. Mengubah pandangan apabila ada bukti yang dipercaya
e. dll
b. Keterampilan mengatasi Maslah
Masih banyak orang yang mengatasi masalah
konflek dengan kekuatan fisik, padahal cara-cara yang demikian itu biasa
digunakan oleh binatang. Apabila kita menghendaki kehidupan berdasarkan
nilai-nilai relegius dan prinsip-prinsip moral, kita perlu mengajarkan
cara-cara mengatasi konflik secara kontruktif. Para guru dan orang tua memang
harus berusaha keras untuk menyakinkan anak-anak bahwa penyeleasikan masalah
secara destruktif yang banyak muncul dalam masyarakat Indonesia pada saat ini
sangatlah tidak manusiawi dan bertentangan dengan norma –norma agama islam yang
harus kita junjung tinggi.[10]
5. Strategi Fasilitasi
Melalui
fasilitasi melatih subyek didik untuk mengatasi masalah-masalah
tertentu. Bagian terpenting dalam metode fasilitasi adalah memberikan
kesempatan kepada subyek didik, kegiatan-kegitan yang dilakukan oleh subyek
didik dalam pelaksanaan metode fasilitasi membawa dampak positif pada
perkembangan kepribadian karna hal sebagai berikut:
1) Kegiatan fasilitasi secara signifikan dapat meningkatkan hubungan antara
pendidik dan subyek didik. Apabila pendidik mendengarkan subyek didik dengan
sungguh-sungguh, besar kemungkinanya subyek didik mendengarkan pendidik dengan
baik. Subyek didik merasa benar-benar
dihargai karana pandangan dan pendapat
mereka didengar dan di pahami. Akibatnya,
Kreadibilitas pendidik meningkat.
2) Kegiatan fasilitas menolong subyek didk
menjelaskan pemahaman, kegiatan
ini memberikan kesempatan kepada subyek
didik untuk menyusun pendapat, mengingatkan kembali hal-hal yang perlu disimak, menjelaskan kembali hal-hal yang masih
diragukkan.
3) Kegiatan fasilitas menolong subyek didik berpikir lebih jauh tentang nilai
yang dipelajari, menemukan wawasan sendiri, belajar dari teman-temannya yang
telah menerima nilai yang diajarkan,
akhirnya menyadari kebaikan hal-hal yang disampaikan oleh perserta didik.
4) Kegiatan fasilitas menyebabkan pendidika dapat memahami pikiran dan
perasaan subyek didik
5) Kegiatan fasilitas memotivasi subyek didik menghubungkan persoalan nilai dengan kehidupan , kepercayaan
dan perasaan mereka sendiri. Karena keperibadian s ubyek didik terlihat, maka pembelajaran akan lebih
menarik.[11]
Tabel
Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidkan
Karakter
No
|
Nilai
|
Deskripsi
Nilai Pendidikan Karakter
|
1
|
Religius
|
Sikap dan prilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang di anutnya, toleran dalam pelaksanaan ibadah
agama lain, hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
|
2
|
Jujur
|
Perilaku yang didasarkan pada upaya yang
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan.
|
3
|
Toleransi
|
Sikap dan toleransi yang menghargai perbedaan
agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tidakan orang lain yang berbeda
dengan dirinya.
|
4
|
Disiplin
|
Tindakan yang menunjukan prilaku tertib dan
patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
|
5
|
Kerja keras
|
Prilaku yang menunjukkan upaya yang
sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajardan tugas serta
menyelesaikan tugas sebaik-baiknya.
|
6
|
kreatif
|
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
|
7
|
Mandiri
|
Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung
pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya
|
8
|
Demograts
|
Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
|
9
|
Rasa ingin tahu
|
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengusai lebih dalam dan luas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan
yang didengar.
|
10
|
Semangat kebangsaan
|
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menepatkan kepentingan bangsa dan
Negara di atas kepenting diri dan kelompok
|
11
|
Cinta tanah air
|
Cara berpikir, bersikap, dan perbuatan yang
menunjukan kesetiaan dan kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa
, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.
|
12
|
Menghargi prestasi
|
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
|
13
|
Bersehabat / komunikatif
|
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, bekerjasama dengan orang lain.
|
14
|
Cinta damai
|
Sikap, perkataan, dan tindakan yang
menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
|
15
|
Gemar membaca
|
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai macam bacaan yang memberikan kebaikan pada dirinya
|
16
|
Pedulli lingkungan
|
Sikap dan tidakan yang selalu berupaya
kerusakan pada lingkungan alam disekitranya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi .
|
17
|
Peduli sosial
|
Sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberikan bantuan terhadap orang lain
dan masyarakat yang selulu membutuhkannya
|
18
|
Tanggungjawab
|
Sikap dan prilaku seseorang yang selalu
melakukan/ melaksanakan tugas dan kewajiban, yang seharusnya dilakukan
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, Negara, dan tuhan yang maha
esa
|
Kesimpulan
Proses pembelajaran pada hakikatnya proses
intraksi antara peserta didik dengan pendidik, yang dilakukan secara sadar dan
terencana, dalam rangka mengembangkan potensi peserta didik yang dimilikinya ke
arah yang lebih optimal dengan mengunakan
strategi
Strategi adalah mengandung makna perencanaan. strategi pada dasarnya masih bersifat
konseptual tentang keputusan yang akan diambil dalam suatu pembelajaran. Strategi
sifatnya masih konseptual
Strategi memiliki Prinsip-prinsip
Prinsip-prinsip adalah
1. Prinsip yang berorientasi pada
tujuan pendidikan yang telah direncanaakan
2. Prinsip yang berorientasi pada
Individualitas dalam membangkitkan dan mengembangkan setiap individu peserta
didik.
3. Prinsip intraktif antara
hubungan peserta didik dan pendidik.
4. Proses inspiratif agar siswa
mencoba dan melakukan sesuatu.
5. Prinsip motivasi perserta
didik
6. Prinsip menyenangkan (enjoy
) dan tidak menakutkan para peserta didik
7. Prinsip menantang siswa untuk mengembangkan kemampuan rasa dan rasio secara seimbang.
Adapun Strategi pembelajarn
dan pendidkan Karakter adalah :
1. Inkulkasi Nilai.
2. Strategi Pembinaan.
3. Strategi Fasilitasi
4. Strategi Pengembangan Keterampilan akademik dan Sosial
DAFTAR
PUSTAKA
Gunawan, Heri, Pendidikan Karakter “konsep dan
Implementasi” ( Bandung : Cv. Alfabeta, 2012.
Zubaedi,
Desain Pendidikan Karakter, “ komsepsi dan Aplikasi dalam Lembaga
Pendidikan” (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011.
Zuchdi, Damiyati dkk, Model Pendidikan
Karakter “ Terintegrasi dalam Pembelajaran dan Pengembangan kultur Sekolah”
(Yokyakarta: CV.Multi Persindo, 2013.
Zuriyah,
Nurul, Pendidikan moral dan
budi pekerti dalam perspektif perubahan (Jakarta : Bumi Aksara, 2007 .
[1] .Heri gunawan, Pendidikan Karakter
“konsep dan Implementasi” ( Bandung : Cv. Alfabeta, 2012, hlm. 184
[2]
. Heri gunawan, Pendidikan Karakter “konsep dan
Implementasi” ( Bandung : Cv. Alfabeta, 2012, hlm. 185
[3]
. Heri gunawan, Pendidikan Karakter
“konsep dan Implementasi” ( Bandung : Cv. Alfabeta, 2012, hlm. 185
[4] . Nurul Zuriyah, Pendidikan moral dan budi pekerti dalam
perspektif perubahan (Jakarta : Bumi Aksara, 2007 , hlm 40
[5]
. Nurul Zuriyah, Pendidikan
moral dan budi pekerti dalam perspektif perubahan (Jakarta : Bumi Aksara,
2007 , hlm 41-42
[6]
. Nurul Zuriyah, Pendidikan moral dan budi pekerti dalam
perspektif perubahan (Jakarta : Bumi Aksara, 2007 , hlm 40
[7] .
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, “ komsepsi dan Aplikasi dalam Lembaga
Pendidikan” (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011, hlm 235
[8]
.
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, “ komsepsi dan Aplikasi dalam Lembaga
Pendidikan” (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011, hlm 237
[9] . Damiyati Zuchdi dkk, Model Pendidikan
Karakter “ Terintegrasi dalam Pembelajaran dan Pengembangan kultur Sekolah”
(Yokyakarta: CV.Multi Persindo, 2013. Hlm 19
[10]
. Damiyati Zuchdi
dkk, Model Pendidikan Karakter “ Terintegrasi dalam Pembelajaran dan
Pengembangan kultur Sekolah” (Yokyakarta: CV.Multi Persindo, 2013. Hlm 19
[11]
. Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, “ komsepsi dan Aplikasi dalam
Lembaga Pendidikan” (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011, hlm. 240
0 komentar:
Posting Komentar