STRATEGI PEMBELAJARAN KARAKTER

STRATEGI PEMBELAJARAN KARAKTER ( AKHLAQ )

Makalah Dibuat Sebagai Tugas dan Bahan Presentase Kelas pada Mata kuliah

METODE PEMBELAJARAN INOVATIF






DOSEN PEGAMPU
Dr.  ZUBAEDI, M.Ag. M.Pd



NAMA PENYUSUN:
AHMAD MUNHAMER, S.Pd.I


PROGRAM PASCA SARJANA
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2013-2014

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Strategi. [1]
Proses pembelajaran pada hakikatnya proses intraksi antara peserta didik dengan pendidik, yang dilakukan secara sadar dan terencana, dalam rangka mengembangkan potensi peserta didik yang dimilikinya ke arah yang lebih optimal.
Secara umum istilah strategi sering dimaknai sebagi garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha yang telah ditentukan ( Saiful Bahri ). Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam meliter yang dimaknai sebagai cara penggunaan seluruh kegiatan meliter untuk memenangkan suatu pertempuran  (W.Sanjaya ) dari dua pengertian tersebut, maka dapat di fahami bahwa strategi dapat digunakan  untuk memproleh  kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan.
Dalam perkembangan selanjutnya istilah strategi digunakan dalam istilah dunia pendidikan, terutama dalam pelaksanaan pembelajaran. Menurut Djamarah, istilah strategi bila dikaitkan dengan pendidikan,  berarti pola – pola umum kegiatan guru yang bertindak sebagai pendidik dan peserta didik dalam mewujudkan proses  pendidikan  untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan atau di gariskan
J.R David mengatakan, dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai perencanaa yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain  untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari perkataan yang katakana oleh David  ada dua hal yang perlu di cermati :
1)      Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan ) termasuk penggunaan metode  dan pemanfaatan sumber daya dalam proses pembelajaran. Hal ini mengandung pengertian bahwa strategi baru sebatas pada proses penyususnan rencana (Planning) belum sampai pada tindakan.
2)      Strategi disusun untuk mencapai kegiatan tertentu, artinya arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan.[2]
Sementara itu menurut  kemp, mengemukakan bahwa strategi  adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus di kerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran tersebut tercapai secara  efektif dan efesien.  Sedangkan menurut  Wina Sanjaya,  mengatakan bahwa strategi  adalah mengandung makna perencanaan.  Artinya bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan yang akan diambil dalam suatu pembelajaran. Strategi sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode  pembelajaran tertentu. Dengan kata lain Strategi adalah “ a pland of operation acheieving something ” Sedangkan Metode adalah “a way in achieving something “,  Metode diartikan sebagai  cara karja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai suatu yang telah direncanakan.
B.      Prinsip-prinsip Strategi.[3]
Ada beberapa  prinsip yang harus  diperhatikan dalam impementasi strategi pendidikan. Prinsip-prinsip tersebut menjadi penting diperhatikan agar proses pembelajaran lebih tepat pada sasarannya. Prinsip-prinsip adalah :
1)      Prinsip yang berorientasi pada tujuan pendidikan yang telah direncanaakan
2)      Prinsip yang berorientasi pada Individualitas dalam membangkitkan dan mengembangkan setiap individu peserta didik.
3)      Prinsip intraktif antara hubungan peserta didik dan pendidik.
4)      Proses inspiratif agar siswa mencoba dan melakukan sesuatu.
5)      Prinsip motivasi perserta didik
6)      Prinsip menyenangkan (enjoy ) dan tidak menakutkan para peserta didik
7)      Prinsip menantang  siswa untuk mengembangkan kemampuan  rasa dan rasio secara seimbang.
C.      Pengertian Strategi  pembelajaran
Strategi Pembelajaran karakter pada dasarnya adalah merupakan cara, pola, metode, atau upaya yang dilakukan oleh pendidik (fasilitator) dengan cara memberi  kemudahan-kemudahan agar peserta didik mudah belajar,  dan dalam konteks pendidikan karakter, pemberian kemudahan tersebut dalam kerangka untuk mengembangkan  karakter baik,  atau agar peserta didik dapat mengembangkan karakter baiknya sendiri.
Pilihan strategi pada pembelajaran karakter, sangat tergantung pada pendekatan pendidikan karakter yang mana yang dikembangkan. Ketika sebuah lembaga pendidikan cenderung memilih pendekatan kognitivistik maka strategi pembelajarannya cenderung kognitivistik,  ketika pendekatan behavioristik yang dipilih maka strateginya cenderung berorientasi pada behavioristik, dan ketika memilih pendekatan komprehenship maka cenderung menggunakan komprehenship pula, dimana berbagai pendekatan dapat dipakai secara saling melengkapi.
D.      Strategi  Pembelajaran Karakter
Pembelajaran karakter di Era globalisasi ini memerlukan sebuah terobosan dalam mengenovasi startegi dan metode pembelajaran yang akan dipakai mengingat munculnya berbagai fenomena baru yang sebelumnya tidak ada.  Makanya pemanfaatan teknologi informasi seperti internet,  kecendrungan keluarga yang demokratif, membanjirnya budaya asing, dan lainnya, perlu menjadi bahan pertimbangan  bagi para pendidik karakter ketika akan menanamkan nilai-nilai karakter  perhadap peserta didik.
Proses pendidikan karakter pada peserta didik pada saat ini lebih tepat menggunakan model pembelajaran yang didasarkan pada intraksi sosial. model pembelajaran intraksional ini dilaksanakan dengan berlandaskan  prinsip-prinsip :
1.       Melibatkan peserta didik secara aktif dalam belajar
2.       Mengaitkan teori dengan praktek
3.       Mengembangkan komunikasi dan kerjasama dalam belajar
4.       Meningkatkan kemampuan dan keberanian perserta didik dalam mengambil resiko dan belajar dari kesalahan
5.       Meningkatkan pembelajaran sambil berbuat dan  bermain
Pembelajaran karakter secara komprehensif seperti yang diungkapkan oleh Kirscheun baum pada dasarnya dapat ditinjau dari segi metode yang digunakan Adapun strategi pembelajar karakter dalah sebagai berikut :
1.       Inkulkasi Nilai. [4]
Budi pekerti adalah nilai – nilai hidup manusia yang sungguh - sungguh dilaksanakan bukan karena sekedar kebiasaan,  tetapi berdasarkan pemahaman dan kesadaran diri untuk menjadi baik,  nilai-nilai yang disadari dan dilaksanakan sebagai budi pekerti  hanya dapat diproleh melalui proses yang berjalan sepanjang hidup manusia. Budi Pekerti didapat melalui proses internalisasi dari apa yang ia ketahui, yang membutuhkan waktu sehingga terbentuklah karakter yang baik dalam kehidupan manusia.
Mengingat bahwa penanaman karakter dan nilai hidup merupakan proses, maka hal ini dapat diberikan melalui pendidikan formal yang direncanakan dan dirancang secara matang.  Direncanakan  dan dirancang  tentang nilai-nilai apa saja yang mau atau akan di perkenalkan, metode dan  kegiatan apa saja yang dapat digunakan untuk menawarkan dan menanamkan nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai yang akan ditawarkan dan ditanamkan kepada siswa harus dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan perkembangan kejiawaan si anak.
Pada awal proses penanaman nilai,  anak diperkenalkan pada tatanan hidup bersama. Tatanan hidup dalam  masyarakat tidak selalu seiring  dengan tatanan yang ada dalam keluarga. Pada tahap awal, anak diperkenalkan pada penalarannya, tahap demi tahap  semakin tinggi pendidikan anak maka semakin tinggi dan mendalam unsur pemahaman, argumentasi, penalarannya. Nilai –nilai hidup yang diperkenalkan dan ditanamkan ini merupakan realitas yang ada dalam masyarakat kita.
Berikut beberapa nilai yang kira nya dapat dipilih dan ditawarkan kepada anak melalui jenjang pendidikan formal, menurut Paul Suparno[5] adalah sebagai berikut:
1.       Religius
a.       Mensyukuri hidup dan percaya kepada tuhan
b.      Sikap teleransi
c.       Mendalami ajaran agama
2.       Sosialitas
a.       Penghargaan akan tata kehidupan bersama
b.      Solidaritas yang benar dan baik
c.       Persehabat yang sejati
d.      Berorganisasi dengan baik dan benar
e.      Membuat acara yang sehat dan berguna
3.       Keadilan
a.       Penghargaan sejati secara mendasar
b.      Menggunakan hak dan kewajiaban secara benar
c.       Keadilan berdasarkan hati dan nurani
4.       Demokrasi
a.       Menghargai dan menerima perbedaan
b.      Berani menerima realita kemenangan maupun  kekalahan
5.       Kejujuran
a.       Menyatakan kebenaran sebagai penghormatan pada sesama
6.       Kemandirian
a.       Keberanian mengambil keputusan secara jernih dan benar
b.      Mengenal kemampuan diri
c.       Membangun kepercayaan diri
d.      Menerima keunikan diri
7.       Tanggungjawab
a.       Berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup
b.      Mengembangkan keseimbangan antara hak dan kewajiban
c.       Mengembangkan hidup bersama secara positif
2.       Strategi Pembinaan. [6]
Untuk menjadikan seorang anak didik yang memiliki krakter atau akhlak yang baik di perlukan pembinaan yang terus menerus dan berkesinambungan . untuk mewujudkan akhlaq yang luhur pada diri anak didik tidaklah mudah karna menyangkut kebiasaan hidup. Pembinaan akan berhasil hanya dengan usaha yang keras dan kesabaran serta dukungan dari orang tua dan masyarakat.  
3.       Strategi Keteladanan
Dalam pendidikan nilai dan spritualitas, permodelan atau pemberian teladan merupakan strategi yang biasa di gunakan. Bahkan menurut suwandi, pendekatan modelling, teladanan (uswah) yang dilakukan oleh guru lebih tepat digunakan dalam pendidikan karakter di sekolah. Hal ini mengingat karakter merupakan prilaku, bukan pengetahuan  sehingga untuk dapat diinternalisasi oleh pihak didik, maka harus di teladankan bukan diajarkan.
Dalam pendidikan karakter sangat dibutuhkan sosok menjadi model.  Model dapat ditemukan oleh peserta didik di lingkungan sekitarnya.  Semakin dekat model pada peserta didik maka akan semakin mudahlah dan efektiflah pendidikan karakter tersebut. Peserta didik butuh contoh nyata, bukan yang tertulis pada buku atau sifatnya hayalan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Berk yang dikutif oleh Sit Masgandi, perilaku moral diproleh dengan cara yang sama dengan respons-respons yang lainnya, yaitu dengan melalui Modeling dan penguatan. lewat pembelajaran modelling akan terjadi internalisasi berbagi prilaku moral dan aturan-atruran yang lainnya untuk tindakan yang lebih baik.[7]
Strategi  keteladanan dapat dibedakan menjadi keteladan internal (internal Modelling ) dan keteladanan Eksternal ( Ekternal Modelling ). Ketelanan internal dapa dilakukan melalui pemberian contoh yang dilakukan oleh pendidik sendiri dalam proses pembelajaran. Sementara keteladan ekternal dapat dilakukan dengan pemberian contoh - contoh yang baik dari para tokoh yang diteladani.  Baik tokoh lokal maupun tokoh internasional,  seperti menyajian cerita- cerita tentang tokoh –tokoh agama yang dapat dijadikan sebagai teladan dan peniti kehidupan seperti kisah Nabi Muhammad, Nabi Ibrahim, Nabi Ismail,  Ashabul Kahfi, orang –orang yang soleh seperti  Wali Songo, Jendral besal Suderman, KH. Hasyim As’ary, KH. Ahmad Dahlan dan sebagainya. Nilai moral relegius berupa ketakwaan, kejujuran, keikhlasan, dan tanggungjawab dapat ditanamkan kepada peserta didika melalui keteladanan.  Keteladan internal yang dilakukan oleh guru,  misalnya  dilakukan dengan cara memulai dan mengakhiri  belajar mengajar dengan berdo’a, pendidik datang tepat waktu, kebersihan kelas dan sebagainya.[8]
4.       Strategi Pengembangan Keterampilan akademik dan Sosial.[9]
Ada berbagai  keterampilan (Soft Skills) yang diperlukan agar seseorang dapat mengamalkan nilai-nilai yang dianut sehingga berprilaku konstrutif dan bermoral dalam masyarakat. Keterampilan-keterampilan tersebut adalah :
a.      Keterampilan Berpikir Kritis
Berpikir kritis dapat dilakukan melalaui latihan yang dilakukan dengan terus menerus sehingga menjadi kebiasaan, berpikir krisis dapat mengarah pada pembentukan sifat bijaksana,  berpikir kritis memungkin sesorang dapat menganalisis informasi secara cermat dan membuat keputusan dengan tepat dalam menghadapi isu -isu yang controversial. Dengan demikian, dapat dihindari tindakan yang destruktif sebagai akibat dari ulah propokator yang tiada henti-hentinya mencari korban. Oleh karna itu , sangat  diharapkan peran guru dan orang tua untuk membiasakan anak-anak berpikir kritis dengan memberikan kegiatan - kegiatan yang mengandung ciri-ciri sebagai berikut dianataranya :
a.       Mencari kejelasan antara pertanyaan dan pernyataan
b.      Mencari alas an
c.       Menggunakan sumber tang dapat di percaya
d.      Mengubah pandangan apabila ada bukti yang dipercaya
e.      dll
b.      Keterampilan mengatasi Maslah
Masih banyak orang yang mengatasi masalah konflek dengan kekuatan fisik, padahal cara-cara yang demikian itu biasa digunakan oleh binatang. Apabila kita menghendaki kehidupan berdasarkan nilai-nilai relegius dan prinsip-prinsip moral, kita perlu mengajarkan cara-cara mengatasi konflik secara kontruktif. Para guru dan orang tua memang harus berusaha keras untuk menyakinkan anak-anak bahwa penyeleasikan masalah secara destruktif yang banyak muncul dalam masyarakat Indonesia pada saat ini sangatlah tidak manusiawi dan bertentangan dengan norma –norma agama islam yang harus kita junjung tinggi.[10]
5.       Strategi Fasilitasi
Melalui  fasilitasi melatih subyek didik untuk mengatasi masalah-masalah tertentu. Bagian terpenting dalam metode fasilitasi adalah memberikan kesempatan kepada subyek didik, kegiatan-kegitan yang dilakukan oleh subyek didik dalam pelaksanaan metode fasilitasi membawa dampak positif pada perkembangan kepribadian karna hal sebagai berikut:
1)      Kegiatan fasilitasi secara signifikan dapat meningkatkan hubungan antara pendidik dan subyek didik. Apabila pendidik mendengarkan subyek didik dengan sungguh-sungguh, besar kemungkinanya subyek didik mendengarkan pendidik dengan baik.  Subyek didik merasa benar-benar dihargai  karana pandangan dan pendapat mereka  didengar dan di pahami. Akibatnya, Kreadibilitas pendidik meningkat.
2)      Kegiatan fasilitas menolong subyek didk  menjelaskan pemahaman,  kegiatan ini  memberikan kesempatan kepada subyek didik untuk menyusun pendapat, mengingatkan kembali hal-hal yang perlu  disimak,  menjelaskan kembali hal-hal yang masih diragukkan.
3)      Kegiatan fasilitas menolong subyek didik berpikir lebih jauh tentang nilai yang dipelajari, menemukan wawasan sendiri, belajar dari teman-temannya yang telah menerima nilai  yang diajarkan, akhirnya menyadari kebaikan hal-hal yang disampaikan oleh perserta didik.
4)      Kegiatan fasilitas menyebabkan pendidika dapat memahami pikiran dan perasaan subyek didik
5)      Kegiatan fasilitas memotivasi subyek didik  menghubungkan  persoalan nilai dengan kehidupan , kepercayaan dan perasaan mereka sendiri. Karena keperibadian s ubyek didik  terlihat, maka pembelajaran akan lebih menarik.[11]

Tabel
Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidkan Karakter

No
Nilai
Deskripsi  Nilai Pendidikan Karakter
1
Religius
Sikap dan prilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang di anutnya, toleran dalam pelaksanaan ibadah agama lain, hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2
Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya yang menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3
Toleransi
Sikap dan toleransi yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tidakan orang lain yang berbeda dengan dirinya.
4
Disiplin
Tindakan yang menunjukan prilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5
Kerja keras
Prilaku yang menunjukkan upaya yang sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajardan tugas serta menyelesaikan tugas sebaik-baiknya.
6
kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7
Mandiri
Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya
8
Demograts
Cara berpikir, bersikap, dan bertindak  yang menilai sama hak dan  kewajiban dirinya dan orang lain.
9
Rasa ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengusai lebih dalam dan luas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan yang  didengar.
10
Semangat kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menepatkan kepentingan  bangsa dan Negara di atas kepenting diri dan kelompok
11
Cinta tanah air
Cara berpikir, bersikap, dan perbuatan yang menunjukan kesetiaan dan kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa , lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.
12
Menghargi prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.    
13
Bersehabat / komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, bekerjasama dengan orang lain.
14
Cinta damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan  orang lain merasa senang  dan aman atas kehadiran dirinya.
15
Gemar membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai macam bacaan yang memberikan kebaikan pada dirinya
16
Pedulli lingkungan
Sikap dan tidakan yang selalu berupaya kerusakan pada lingkungan alam disekitranya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah  terjadi .
17
Peduli sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan bantuan terhadap orang lain  dan masyarakat yang selulu membutuhkannya
18
Tanggungjawab
Sikap dan prilaku seseorang yang selalu melakukan/ melaksanakan tugas dan kewajiban, yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, Negara, dan tuhan yang maha esa



Kesimpulan
Proses pembelajaran pada hakikatnya proses intraksi antara peserta didik dengan pendidik, yang dilakukan secara sadar dan terencana, dalam rangka mengembangkan potensi peserta didik yang dimilikinya ke arah yang lebih optimal dengan mengunakan strategi
Strategi  adalah mengandung makna perencanaan.  strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan yang akan diambil dalam suatu pembelajaran. Strategi sifatnya masih konseptual
Strategi memiliki Prinsip-prinsip Prinsip-prinsip adalah
1.       Prinsip yang berorientasi pada tujuan pendidikan yang telah direncanaakan
2.       Prinsip yang berorientasi pada Individualitas dalam membangkitkan dan mengembangkan setiap individu peserta didik.
3.       Prinsip intraktif antara hubungan peserta didik dan pendidik.
4.       Proses inspiratif agar siswa mencoba dan melakukan sesuatu.
5.       Prinsip motivasi perserta didik
6.       Prinsip menyenangkan (enjoy ) dan tidak menakutkan para peserta didik
7.       Prinsip menantang  siswa untuk mengembangkan kemampuan  rasa dan rasio secara seimbang.
Adapun Strategi pembelajarn dan pendidkan Karakter adalah :
1.       Inkulkasi Nilai.
2.       Strategi Pembinaan.
3.       Strategi Fasilitasi
4.      Strategi Pengembangan Keterampilan akademik dan Sosial




















DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Heri,  Pendidikan Karakter “konsep dan Implementasi” ( Bandung : Cv. Alfabeta, 2012.
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, “ komsepsi dan Aplikasi dalam Lembaga Pendidikan” (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011.
Zuchdi, Damiyati dkk, Model Pendidikan Karakter “ Terintegrasi dalam Pembelajaran dan Pengembangan kultur Sekolah” (Yokyakarta: CV.Multi Persindo, 2013.
Zuriyah,  Nurul,  Pendidikan moral dan budi pekerti dalam perspektif perubahan (Jakarta : Bumi Aksara, 2007 .










[1] .Heri gunawan, Pendidikan Karakter “konsep dan Implementasi” ( Bandung : Cv. Alfabeta, 2012, hlm. 184
[2] . Heri gunawan, Pendidikan Karakter “konsep dan Implementasi” ( Bandung : Cv. Alfabeta, 2012, hlm. 185

[3] . Heri gunawan, Pendidikan Karakter “konsep dan Implementasi” ( Bandung : Cv. Alfabeta, 2012, hlm. 185
[4] . Nurul Zuriyah,  Pendidikan moral dan budi pekerti dalam perspektif perubahan (Jakarta : Bumi Aksara, 2007 , hlm  40
[5] . Nurul Zuriyah,  Pendidikan moral dan budi pekerti dalam perspektif perubahan (Jakarta : Bumi Aksara, 2007 , hlm  41-42
[6] . Nurul Zuriyah,  Pendidikan moral dan budi pekerti dalam perspektif perubahan (Jakarta : Bumi Aksara, 2007 , hlm  40
[7] . Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, “ komsepsi dan Aplikasi dalam Lembaga Pendidikan” (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011, hlm 235
[8] . Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, “ komsepsi dan Aplikasi dalam Lembaga Pendidikan” (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011, hlm 237
[9] . Damiyati Zuchdi dkk, Model Pendidikan Karakter “ Terintegrasi dalam Pembelajaran dan Pengembangan kultur Sekolah” (Yokyakarta: CV.Multi Persindo, 2013. Hlm 19
[10] .  Damiyati Zuchdi dkk, Model Pendidikan Karakter “ Terintegrasi dalam Pembelajaran dan Pengembangan kultur Sekolah” (Yokyakarta: CV.Multi Persindo, 2013. Hlm 19
[11] . Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, “ komsepsi dan Aplikasi dalam Lembaga Pendidikan” (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011, hlm.  240

Munhamer

Penulis :

Setelah anda membaca artikel berjudul STRATEGI PEMBELAJARAN KARAKTER jika ingin menyalin (copy-paste) artikel ini, sertakan link dibawah ini sebagai sumbernya :

0 komentar:

Posting Komentar